Judul : Jurus Jitu Menulis Diksi
Resume
ke : 18
Gelombang : 29
Tanggal : 4 Agustus 2023
Tema : Diksi Sebagai Seni Bahasa
Narasumber : Maydearly
Moderator : Widya Arema
Narasumber
yang cukup romantis menyampaikan materi dengan tema Diksi Sebagai Seni Bahasa.
Pada pemaparan materi yang disampaikan ibu Maydearly memuat beberapa definisi
dari diksi dan jurus jitu membuat diksi yang bagus untuk dipahami.
Berikut
penjelasan yang dipaparkan oleh narasumber:
Diksi
– akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa
Inggris menjadi diction yang berarti pilihan kata.
Maksudnya,
menulis dengan pilihan kata yang sesuai dengan ekspresif. Hal ini diharapkan
tulisan akan memiliki ruh dan melekat karakter yang kuat, sehingga mampu
menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Seorang
penulis yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot adalah seorang sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf
dan ilmuwan Yunani.
Salah
satu karyanya dibuatlah sebuah gagasannya yang disebut diksi puitis yang ia
tulis dalam Poetics. Diksi puitis merupakan hasil karya seseorang yang mampu
menulis indah, khususnya puisi, dan memiliki kekayaan yang melimpah.
Menurut
Aristoteles bahwa fungsi diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis
puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai
genre-nya.
Selain
Aristoteles terdapat sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi
melalui naskah drama. Beliau bernama William
Shakespeare. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan
romantisme dipadu tragedi.
Diksi
Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora.
Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.
Sebagaimana
Bahasa Indonesia memiliki sastra, bagi saya pribadi Diksi teramat penting.
Dimana sebuah karya akan bernilai epic apabila ia menyadur diksi yang menarik,
ucap ibu maydearly sebagai narasumber.
Beliau
juga mengemukakan bahwa diksi bukanlah gaya bahasa, tetapi sebuah padanan kata
yang bertujuan untuk memberi kesan menarik hingga mampu memikat hati pembaca.
Narasumber
juga memberikan tips jitu cara mudah menulis kalimat dengan diksi yang ciamiiik
sebagai berikut :
1.
Sense of Touch adalah menulis dengan
melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan
apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat
cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita
rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok
juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak
dengan menyentuhnya.
Pada
pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
2.
Sense of Smell adalah menulis dengan
melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma.
Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di
kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan
dilangit harapan.
3.
Sense of Taste adalah menulis dengan
melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita.
Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan,
atau sesuatu yg tercecap di lidah.
Contoh:
Remah-remah
kata terucap semanis karamel, Arsenik bual manja layaknya cuka apel. Meski diam
terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin.
4.
Sense of Sight adalah menulis dengan
melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu
ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar
menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang
tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah
DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya,
kondisinya.
Contoh
Derit
daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu
pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga.
5.
Sense of hearing adalah menulis
dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita.
Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin,
inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk
menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang
ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara.
Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak
terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Aku
padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa
atas lara dari sajak jingga yang cedera.
Yang
paling sulit dari menulis adalah memulai dari kata pertama/ awal paragraf.
Dalam kesulitan itu, mari kita buat sederhana dengan melibatkan ke 5 panca
indra yang ada di tubuh kita. Begitu ujaran kata memberikan kami sebagai
peserta pelatihan KBMN ke-29.
#SALAM LITERASI#

Komentar
Posting Komentar